BATAM, iNews.id - Inflasi di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) mengalami kenaikan pada Maret 2025. Tarif listrik dan harga emas menjadi pemicu.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) Kepri naik sebesar 0,38 persen (mtm) setelah mengalami deflasi 0,14 persen pada Februari 2025.
Secara tahunan, inflasi Kepri tercatat 2,01 persen (yoy), sedikit lebih rendah dari Februari yang mencapai 2,09 persen, tetapi masih dalam rentang target nasional.
Plh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kepri, Adidoyo Prokoso, mengungkapkan bahwa kenaikan harga emas dunia menjadi faktor utama penyebab inflasi, dengan andil 0,56 persen (yoy).
"Selain itu, meningkatnya sewa rumah di Batam akibat penyesuaian tarif listrik PLN Batam per 1 Juli 2024 turut berkontribusi terhadap inflasi," kata dia, Kamis (10/4/2025).
Dari sisi kelompok pengeluaran, sektor perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga menjadi penyumbang utama inflasi bulanan, dengan andil 0,36 persen (mtm).
Normalisasi tarif listrik setelah penghentian diskon juga berpengaruh, meskipun dampaknya di Kepri masih lebih terkendali dibandingkan nasional.
Untuk menekan laju inflasi, Bank Indonesia bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) mengintensifkan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
"Sepanjang Maret 2025, berbagai upaya dilakukan, seperti pasar murah Ramadan, operasi pasar sebanyak 21 kali, sidak pasar, hingga edukasi masyarakat melalui talkshow," ujarnya.
Ke depan, BI mengantisipasi risiko inflasi dari normalisasi tarif listrik, dampak kebijakan tarif impor AS, serta perubahan cuaca terhadap produksi pangan.
Meski demikian, BI optimistis inflasi Kepri tetap terkendali dalam target nasional 2,5 ±1 persen, didukung oleh stabilisasi harga emas, penyesuaian harga BBM non-subsidi per 1 April 2025, serta meredanya permintaan pangan pasca Idulfitri.
Editor : S. Widodo
Artikel Terkait