JAKARTA, iNewsBatam.id - Michelle Waldron, seorang perempuan asal Irlandia mengalami nyeri bahu kronis setelah menggunakan ponselnya atau hp hingga empat jam sehari. Keadaan ini pertama kali terjadi pada Desember 2022.
Waldron bercerita, pada saat itu sedang musim dingin. Dirinya menghabiskan waktu di rumah untuk bermain smartphone selama tiga hingga empat jam per hari.
Waldron menjelaskan, hal tersebut membuat dia tidak dapat mengerjakan aktivitas sehari-hari.
“Saya pergi tidur dengan baik dan terbangun dalam kesakitan. Saya takut karena tingkat nyerinya cukup parah. Ini adalah hal yang mengerikan, cukup tajam dan dalam,” kata Waldron dikutip dari New York Post, Jumat (19/1/2024).
Waldron merasa sakitnya semakin parah dalam setahun terakhir ini.
“Saya tidak bisa tidur di tempat tidur. Saya hanya bisa tidur di kursi. Rasanya sangat sakit di tempat tidur dan saya tidak bisa tidur,” kata Waldron.
“Saya tidak bisa lagi memasak, bersih-bersih, atau melakukan tugas rumah tangga, dan jika saya memegang barang-barang di tangan, barang-barang itu akan rontok,” tambahnya.
Tentu saja keadaan ini tidak membuat Waldron tidak tinggal diam. Dirinya berusaha melakukan pengobatan untuk kesembuhannya. Waldron telah menghabiskan lebih dari USD1.000 (Rp15,6 juta) untuk mencoba mengatasi masalah ini, menemui spesialis nyeri dan ahli kiropraktik, serta mendapatkan suntikan steroid.
Tidak hanya itu, Waldron kini akan mencoba suntikan botox. Dirinya berharap cara kni akan menyembuhkan masalah yang membuatnya terisolasi di rumahnya.
“Saya sama sekali tidak ingin berada di dekat orang-orang. Saya hanya ingin sendiri, jadi sepi,” aku Waldron.
“Ini memalukan dan berdampak buruk pada kesehatan mental Anda; biaya finansial dan pengalaman emosional tidak sepadan,” imbuhnya.
Keadaan ini membuat Waldron hanya ingin sendirian saja. Ia sangat malu dengan penyakit yang sedang dialaminya ini hingga mengganggu kesehatan mentalnya.
"Ini memalukan dan itu berdampak pada kesehatan mental Anda; biaya finansial dan pengalaman emosional tidak sepadan,” pungkasnya.
Keadaan ini membuat Waldron membatasi penggunaan ponsel secara ketat. Dirinya juga menggunakan stylus untuk membantu menulis teksnya.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta