Batam, iNewsBatam.id - Kasus Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang diberangkatkan secara non prosedural menjadi perhatian pemerintah. Bahkan, kasus ini menjadi atensi dari pihak berwajib.
Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah PMI berangkat ke luar negeri secara ilegal. Sudah banyak pelaku ditangkap, namun hal itu tak kunjung membuat jera pelaku lainnya. Bak rumput di padang subur, meski dicabut akan tumbuh rumput baru.
Di Batam sendiri, bisnis perdagangan orang dengan modus pemberangkatan PMI secara ilegal terbilang tinggi. Bagaimana tidak, keuntungan yang dijanjikan cukup menggiurkan.
Terlebih, Batam letaknya yang sangat strategis. Selain berada di jalur pelayaran internasional, Batam memiliki jarak yang sangat dekat dan berbatasan langsung dengan Singapura dan Malaysia.
Kapolsek KKP Polresta Barelang, AKP Jaya P Tarigan mengungkapkan, pada 2023 lalu, ia bersama jajarannya menerima 19 laporan kasus PMI ilegal.
Sebanyak 14 kasus diantaranya sudah P21. Satu kasus telah SP3. Serta, satu kasus sudah dilimpahkan. Dua kasus sudah Tahap 1 dan satu kasus lainnya masih proses sidik.
"Rata-rata, korban berasal dari kota dan provinsi lain. Mereka direkrut dari daerah masing-masing dan diberangkatkan melalui Batam," kata Jaya.
Selama kepemimpinannya, kata Jaya, sebanyak 60 orang korban berhasil diselamatkan. Polsek KKP juga berhasil mencegah pemberangkatan 45 orang korban.
"Untuk pelaku, dari 19 laporan polisi tersebut kita telah menetapkan 28 orang sebagai tersangka, 16 orang diataranya laki-laki dan 12 orang perempuan," ungkapnya.
Jaya mengaku telah melakukan berbagai upaya untuk melakukan pencegahan pemberangkatan PMI ilegal. Diantaranya melakukan imbauan, baik di media massa hingga menebar spanduk. Polsek KKP juga melakukan pengawasan langsung di setiap pelabuhan resmi dan bekerjasama dengan instansi terkait.
"Kita selalu mengingatkan dan mengimbau kepada masyarakat, agar tidak tergiur menjadi PMI ilegal hanya karena iming-iming gaji besar. Ingat, jadi PMI ilegal itu beresiko besar, apalagi berangkat melalui jalur tikus. Sudah banyak nyawa yang hilang karena kecelakaan laut sebelum sampai tujuan," dia mengingatkan.
"Tidak sedikit juga saudara-saudara kita yang menjadi korban kekerasan di negara tujuan, kalau berangkat secara ilegal, bagaimana negara akan hadir," ujarnya.
Editor : Defrizal
Artikel Terkait