Kebutuhan konsumsi daging sapi beku di Batam sendiri berkisar 100 ton per bulan.
Wahyu menambahkan, pasokan dari negara alternatif seperti India atau Brazil sebenarnya tersedia, namun distribusinya masih terpusat di Jakarta.
“Kalau daging dari India atau Brazil bisa langsung masuk Batam, harganya bisa lebih terjangkau. Tapi karena muter dulu ke Jakarta, biaya distribusi bikin harganya tetap tinggi,” jelasnya.
Pemko Batam telah melakukan pertemuan dengan sejumlah instansi seperti BP Batam, Bea Cukai, dan Balai Karantina guna membahas krisis daging beku ini.
Namun, semua kebijakan distribusi dan importasi tetap harus menunggu arahan dari pemerintah pusat.
“Bulog juga masih menunggu instruksi dari pusat. Kita di daerah cuma bisa menunggu,” ujar Wahyu.
Disperindag Batam juga telah mengusulkan agar pasokan daging beku yang ada di Jakarta bisa dialirkan ke Batam dengan skema harga khusus. Namun tanpa keputusan dari kementerian, langkah itu belum bisa direalisasikan.
“Langkah konkret dari kami adalah terus melakukan koordinasi dan bersurat ke kementerian untuk menyampaikan kondisi di lapangan,” tutup Wahyu.
Editor : Gusti Yennosa
Artikel Terkait