Di dalam rumah, tidak ada satu pun punggawa Gajah Mada yang berani ke luar. Di dalam ruangan Istri, Gajah Mada hanya bisa mondar-mandir gelisah. Melihat banyaknya bala tentara Majapahit, istri Gajah Mada meminta suaminya menyerah.
Gajah Mada hanya mengenakan cawat geringsing. Selembar kain putih menyelubungi tubuhnya dengan sabuk atmaraksi melingkari pinggangnya. Kepungan bala tentara Majapahit tidak menggoyahkan semedinya.
Anehnya, saat menerobos masuk, bala tentara Majapahit hanya menjumpai istri Gajah Mada dengan keris terhunus di tangan. Semua tempat digeledah. Berbagai sudut ruangan disisir, namun Gajah Mada yang mereka cari tidak ada. Karena marah, tentara Majapahit menjarah semua harta benda yang ada.
"Semua harta benda dijarah habis," kata Slamet Muljana.
Bala tentara Majapahit kemudian dikerahkan untuk memburu Gajah Mada. Semua bergerak hingga ke dusun-dusun untuk menangkap Mahapatih yang telah menyatukan Nusantara tersebut. Kidung Sundayana menyebut, saat mahapatih Gajah Mada bersemedi, jiwa raganya moksa ke Wisnuloka.
Menyaksikan itu, seisi rumah kepatihan mencucurkan air mata. Begitu juga dengan istri Gajah Mada. Saat tentara Majapahit datang mengepung, istri Gajah Mada pergi meninggalkan rumah mencari tempat persembunyian.
Sebagai wujud kesetiaan kepada suami, dia melakukan bela pati dengan menikamkan keris ke dada. Kendati demikian, hingga kini tahun kematian Gajah Mada masih simpang siur.
Kitab Negarakertagama menuliskan, Gajah Mada wafat pada tahun 1364. Saat Gajah Mada mangkat, Raja Hayam Wuruk masih segar bugar. Hayam Wuruk baru saja tiba dari Candi Simping, Sawentar, Kabupaten Blitar begitu mendengar Gajah Mada telah mangkat, Hayam Wuruk langsung menggelar rapat besar.
Semua dikumpulkan. Pada hari itu juga Kerajaan Majapahit mencari pengganti mahapatih yang sumpah palapannya pernah menggetarkan.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta