BATAM, iNewsBatam.id - Di balik tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Punggur, Batam, para pemulung menjalani hari-harinya dengan kerja keras untuk menyambung hidup.
Menyadari pentingnya peran mereka dalam memilah dan memilih sampah, Yayasan Pelita Hijau Nusantara (Pejantara) berinisiatif untuk mendukung kesejahteraan mereka melalui aksi sosial yang penuh makna.
Pada Sabtu, 16 November 2024, meski hujan gerimis turun, Relawan Yayasan Pejantara membagikan 100 paket makan siang dan alat pelindung diri (APD) berupa kaos tangan kepada para pemulung yang tengah beristirahat dari rutinitas harian mereka.
“Kami ingin memberikan apresiasi atas kontribusi mereka dalam menjaga lingkungan, meskipun sering kali pekerjaan mereka tidak mendapat perhatian yang layak, bahkan terlupakan,” ujar Sekretaris Yayasan Pejantara, Arif Dwicahyo.
Langkah kecil ini tidak hanya membantu meringankan beban harian para pemulung, tetapi juga menunjukkan pentingnya keberadaan mereka dalam sistem pengelolaan sampah kota. Ke depan, Yayasan Pejantara berencana memberikan sepatu boot kepada pemulung untuk mendukung keamanan kerja mereka.
Salah satu pemulung di TPA Punggur, Sarianto (25), mengungkapkan rasa terima kasihnya atas bantuan tersebut. "Kami sering lupa makan karena sibuk bekerja. Bantuan ini membuat kami merasa dihargai dan lebih semangat menjalani pekerjaan kami," katanya.
Aksi sosial ini juga membawa pesan penting bahwa pemulung bukan hanya sekadar pengumpul sampah, melainkan bagian tak terpisahkan dari solusi lingkungan yang berharga. Dengan dukungan lebih luas dari masyarakat, pekerjaan mereka dapat menjadi lebih layak dan aman.
“Semoga kegiatan ini bisa menginspirasi pihak lain untuk lebih peduli terhadap pekerja sektor informal yang sering terlupakan. Kami akan terus memperluas program kami untuk mendukung komunitas-komunitas yang membutuhkan di Batam dan sekitarnya,” kata Arif Dwicahyo.
Melalui aksi sosial ini, Yayasan Pejantara tidak hanya memberikan bantuan materi, tetapi juga mengangkat martabat pemulung sebagai pahlawan lingkungan yang patut dihormati.
Editor : Gusti Yennosa