Keenam: Itikaf dan Meningkatkan Ibadah 10 Hari Terakhir Ramadhan
Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu’anha berkata,
أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِه
“Bahwa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam melakukan i’tikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadhan sampai Allah mewafatkan beliau, kemudian istri-istri beliau masih melakukan i’tikaf sepeninggal beliau.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu’anha juga berkata,
كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
“Nabi apabila masuk 10 hari akhir Ramadhan maka beliau mengencangkan sarungnya (meningkatkan ibadah), menghidupkan malamnya (tidak tidur untuk ibadah), dan membangunkan keluarganya (untuk ibadah).” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
Al-Imam An-Nawawi Asy-Syafi’i rahimahullah berkata,
وَقَوْلُهَا أَحْيَا اللَّيْلَ أَيِ اسْتَغْرَقَهُ بِالسَّهَرِ فِي الصَّلَاةِ وَغَيْرِهَا
"Ucapan Aisyah radhiyallahu’anha bahwa Nabi menghidupkan malam, maknanya adalah beliau begadang sepanjang malam untuk sholat dan ibadah yang lainnya." [Syarh Muslim, 8/71]
Tujuan dan hikmah i’tikaf adalah,
تسليم المعتكف: نفسه، وروحه، وقلبه، وجسده بالكلية إلى عبادة الله تعالى، طلباً لرضاه، والفوز بجنته، وارتفاع الدرجات عنده تعالى، وإبعاد النفس من شغل الدنيا التي هي مانعة عما يطلبه العبد من التقرب إلى الله عز وجل
“Orang yang beri’tikaf menyerahkan dirinya, ruhnya, hatinya dan jasadnya secara totalitas untuk beribadah kepada Allah ta’ala, demi mencari ridho-Nya, menggapai kebahagian di surga-Nya, terangkat derajat di sisi-Nya dan menjauhkan diri dari semua kesibukan dunia yang dapat menghalangi seorang hamba untuk berusaha mendekatkan diri kepada Allah ‘azza wa jalla.” [Ash-Shiyaamu fil Islam, hal. 459]
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait