BATAM, iNews.id - Dua pesawat pengebom jarak jauh H-6 milik China terdeteksi berada di Pulau Woody, Kepulauan Paracel, wilayah sengketa di Laut China Selatan yang berada di utara Kepulauan Natuna, Indonesia.
Citra satelit dari Maxar Technologies mengungkap kehadiran pesawat pengebom yang mampu membawa rudal jelajah dan hulu ledak nuklir tersebut.
Para analis menilai langkah ini sebagai sinyal kuat Beijing untuk menunjukkan proyeksi kekuatan militernya di kawasan. Ini juga menjadi pertama kalinya sejak 2020, pesawat H-6 mendarat di Pulau Woody, titik strategis militer China di Paracel.
“Pengerahan ini bukan kebutuhan operasional. Ini lebih sebagai sinyal omni-directional, terhadap Filipina, Amerika Serikat, dan dinamika yang tengah berkembang di kawasan,” ujar Collin Koh, pakar pertahanan dari S. Rajaratnam School of International Studies, Singapura.
Kepulauan Paracel yang diklaim oleh China dan Vietnam terletak sekitar 400 km di utara Natuna, wilayah terdepan Indonesia di Laut Natuna Utara.
Langkah terbaru China ini menambah kekhawatiran akan meningkatnya militerisasi Laut China Selatan, terutama karena wilayah ini beririsan dengan zona ekonomi eksklusif (ZEE) sejumlah negara ASEAN, termasuk Indonesia.
Pengerahan H-6 yang telah dimodernisasi ini terjadi di tengah memanasnya hubungan China-Filipina, serta meningkatnya aktivitas militer dekat Taiwan.
Beberapa pesawat H-6 diketahui dapat membawa rudal balistik berkepala nuklir dan telah digunakan dalam latihan serangan di sekitar Taiwan, bahkan mendekati wilayah udara AS pada Juli tahun lalu.
Forum pertahanan terbesar Asia, Dialog Shangri-La, dijadwalkan dibuka Jumat (30/5/2025) di Singapura oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth dijadwalkan berbicara Sabtu dan diperkirakan akan menyinggung langsung dinamika militer di Laut China Selatan.
Sementara itu, Inggris juga akan mengerahkan kapal induk ke wilayah tersebut bulan depan, menurut diplomat Barat, demikian dilansir Reuters, Kamis (29/5/2025).
Sebelumnya, dua pesawat H-6 terekam melintas di atas Scarborough Shoal,wilayah sengketa lain antara China dan Filipina, menjelang kunjungan Hegseth ke Manila pada akhir Maret. Saat itu, AS kembali menegaskan komitmen pertahanannya terhadap Filipina sebagai sekutu resmi.
Kementerian Pertahanan China belum mengeluarkan pernyataan resmi. Begitu pula dengan Vietnam yang turut mengklaim Kepulauan Paracel. Hingga kini, belum ada respons dari Dewan Keamanan Nasional dan Maritim Filipina.
Peningkatan militerisasi China di utara Natuna ini menjadi perhatian serius Indonesia, meski Natuna tidak masuk dalam wilayah sengketa langsung.
Namun, tumpang tindih ZEE Indonesia dengan klaim sepihak “nine-dash line” China terus memicu ketegangan di kawasan.
Editor : S. Widodo
Artikel Terkait