Keluarga Ditagih Biaya Otopsi, Kasi Humas Polresta Batam: Hanya Miskomunikasi

BATAM, iNewsBatam.id - Pihak keluarga almarhumah Fitriyani, perempuan yang ditemukan tinggal tulang belulang di Jalan Trans Barelang, mengaku kaget ketika dimintai biaya otopsi oleh Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Polda Kepri.
Salah seorang keluarga Korban, Jasman mengatakan, usai penemuan kerangka tersebut pihak penyidik harus melakukan otopsi. akan tetapi setelah proses otopsi selesai pihak keluarga dimintai sejumlah biaya. “Kata penyidik almarhumah harus di otopsi. Jadi kami menunggu dan tadi malam selesai otopsi kami dimintai sejumlah biaya,” ujar Jasman, keluarga almarhumah Fitriyani, Rabu (13/12/2023).
Jasman menjelaskan, dirinya awalnya mengira akan dibebankan biaya peti mayat saja, karena kondisi bibinya tinggal kerangka. Namun begitu disodorkan biaya otopsi dirinya kaget. Biaya mencapai Rp5 juta lebih.
“Kondisi almarhumah tinggal kerangka, kami juga sudah siapkan biaya peti mayat. Nah, tadi malam disodorkan biaya sebesar Rp 5.890.000 dengan rinciannya ada tindakan otopsi, pemulasaraan dan beberapa biaya lain,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, sepengetahuannya biaya otopsi jenazah yang diduga jadi tindak pidana biasanya ditanggung oleh negara. Ia mengaku cukup keberatan dengan nominal biaya otopsi yang ditagihkan kepada dirinya.
“Biaya otopsi itu, kan ditanggung negara dan belum lagi almarhumah harus dibawa ke Kabupaten Karimun. Biaya kapal dan lainnya akan ditanggung keluarga, nominalnya cukup besar sekitar 3 jutaan sampai di Kampung. Tiba-tiba ada biaya seperti ini, keluarga kaget. Kalau ada biaya seperti ini pasti kami juga menolak untuk diotopsi,” ucapnya.
Diterangkan Jasman, almarhumah Fitriyani diketahui telah hilang kontak dengan keluarga selama 1 tahun 3 bulan. Almarhumah diketahui merantau dari Karimun ke Batam untuk bekerja.
“Saat itu almarhumah ke Batam untuk bekerja. Namun komunikasi dengan keluarga tak cocok akhirnya tak pernah komunikasi. Komunikasi terakhir pada bulan 9, tahun 2022 kemarin. Tiba-tiba pada Senin kemarin dihubungi kalau korban ditemukan dalam kondisi tinggal tulang belulang di Setokok,” ungkapnya.
Editor : Johan Utoyo