JAKARTA, iNews.id - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir memberi sinyal akan menutup bisnis anak, cucu dan cicit BUMN dengan pendapatan di bawah Rp50 miliar.
Erick menambahkan, banyak perusahaan pelat merah yang tidak efisien, bahkan ada anak usaha BUMN yang keberadaannya hanya memberatkan keuangan induk perusahaan.
"Sudah terlalu banyak, dikendalikan juga sulit, akhirnya punya kerajaan-kerajaan kecil, ketika dikonsolidasikan tidak mudah. Hal ini terjadi dan terus dikonsolidasikan," ujar Erick Thohir, dalam RDP bersama Komisi VI DPR RI, dikutip Selasa (1/3/2022).
Pada 2018 lalu, Kementerian BUMN merilis laporan keuangan sejumlah perseroan negara, dimana, perseroan hanya mampu meraup laba dibawah Rp50 miliar sepanjang 2017.
Adapun BUMN yang dimaksud diantaranya PT Barata Indonesia (Persero) dengan perolehan laba sebesar Rp44 miliar, PT Len Industri (Persero) Rp18 miliar, Perum PNRI Rp6 miliar, dan Perum LKBN Antara Rp3 miliar.
Menyusul, PT Inuki (Persero) mencatat laba sekitar Rp1 miliar, PT Primissima (Persero) Rp2 miliar, PT Balai Pustaka (Persero) Rp3 miliar, PT Boma Bisma Indra (Persero) Rp6 miliar, PT Inti (Persero) Rp1 miliar.
Di sektor lain, ada PT Pengembangan Armada Niaga Nasional (Persero) atau PANN. Pada 2020, Direktur Utama PANN Hery Soewandy mengakui bisnis hotel pelat merah sebelumnya terbengkalai. Tapi ketika dirinya masuk ke dalam jajaran Direksi pada 2015, hotel tersebut dapat meraup pendapatan sebesar Rp1,5 miliar-2 miliar per tahun.
Hanya saja nilai tersebut masih di bawah standar yang ditetapkan Erick Thohir. Sementara itu, PT Iglas (Persero) hingga akhir 2018 membukukan pendapatan sebesar Rp690 juta. Sedangkan pendapatan lain-lain perusahaan hanya mencapai Rp 2,84 miliar.
Saat ini Iglas tak lagi beroperasi dan akan ditutup Kementerian BUMN melalui PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) atau PPA.
Upaya mengurangi perusahaan negara terus diambil Kementerian BUMN sebagai pemegang saham. Hingga 2024, Erick Thohir akan terus meminimalkan jumlah Crown Corporations.
Pembubaran berfokus pada perusahaan pelat merah yang dianggap tidak efisien dalam hal bisnis, atau perusahaan dengan tingkat pendapatan yang lebih rendah atau sedang akan diprivatisasi
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta