BATAM, iNewsBatam.id - Tren pembayaran digital lewat QR Code atau QRIS di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) terus menunjukkan lonjakan pesat.
Hingga Mei 2025, Bank Indonesia (BI) mencatat sebanyak 23,64 juta transaksi QRIS terjadi di wilayah ini. Angka tersebut naik 105,65 persen dibanding periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy).
Kepala Perwakilan BI Kepri, Rony Widijarto, menyebut pertumbuhan ini menjadi bukti masyarakat Kepri semakin nyaman dengan sistem pembayaran digital yang dinilai cepat, aman, dan efisien.
“Pertumbuhan QRIS di Kepri sangat menggembirakan. Baik dari sisi volume transaksi, jumlah pengguna, maupun merchant. Ini menunjukkan inklusi keuangan digital semakin mengakar,” ujar Rony, Rabu (9/7/2025).
Tak hanya volume, nilai transaksi juga menunjukkan lonjakan signifikan. Total nominal transaksi QRIS di Kepri sampai Mei 2025 tercatat sebesar Rp3,34 triliun, tumbuh 95,73 persen yoy.
Sementara itu, secara nasional, volume transaksi QRIS mencapai 4,69 miliar transaksi dengan nilai mencapai Rp468,67 triliun, masing-masing tumbuh 150,02 persen dan 137,77 persen dibandingkan tahun lalu.
Jika melihat tren tiga tahun terakhir, pertumbuhan penggunaan QRIS di Kepri konsisten melaju. Tahun 2023, tercatat 15,61 juta transaksi dengan nominal Rp2,25 triliun.
Setahun kemudian, pada 2024, melonjak ke 33,94 juta transaksi dengan nilai Rp5,03 triliun. Sementara pada 2025, meski baru sampai Mei, jumlah transaksi sudah menyentuh 23,64 juta.
Menurut Rony, penggunaan QRIS kini juga mulai merambah transaksi lintas negara, terutama oleh wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kepri dari Singapura dan Malaysia.
“Transaksi QRIS lintas batas makin relevan, terutama bagi Kepri yang berada di kawasan perbatasan. Ini membuka peluang besar bagi sektor pariwisata dan UMKM lokal,” jelasnya.
Keberhasilan ekspansi QRIS di Kepri, kata dia, tak lepas dari kolaborasi antara Bank Indonesia, pemerintah daerah, pelaku usaha, hingga lembaga keuangan.
BI Kepri pun berkomitmen untuk terus mendorong digitalisasi sistem pembayaran di berbagai sektor, termasuk transportasi dan layanan publik.
“QRIS bukan sekadar alat bayar, tapi jembatan menuju ekonomi digital yang inklusif. Kami akan terus melakukan edukasi dan perluasan akses, termasuk ke daerah hinterland,” tegas Rony.
Editor : Gusti Yennosa
Artikel Terkait